ini adalah beberapa kisah singkat contoh kongkrit bakti para ulama
salafus salih kepada orang tua mereka, khususnya kepada ibu.
Tindakan mereka tersebut tentu tidak lepas dari baik dan dalamnya
pemahaman mereka terhadap ilmu yang dimiliki sebagai ulama. Dan
sebaik-baik ilmu adalah yang diamalkan. Berikut cuplikan beberapa kisah
nyata yang menakjubkan tentang bakti kepada ibu.
Dari Dawud bin Qais dia berkata, “Abu Murrah pernah mengabarkan kepadaku
bahwa bila Abu Hurairah hendak pergi, setelah mengenakan pakaian, dia
datang kepada ibunya lalu berkata, ‘Semoga keselamatan dan berkah
terlimpah kepadamu wahai Ibu. Semoga engkau mendapatkan balasan dari
Allah karena dulu engkau telah memeliharaku.’ Kemudian bila pulang, dia
pun mengatakan seperti itu.”
Abdullah bin Ja’far bin Khaqan al-Maruzi (Bandan) berkata, “Muhammad bin
Basyir bin Utsman pernah berkata, ‘Pernah ketika saya bermaksud untuk
keluar (setelah saya mengumpulkan hadis-hadis dari para ulama Basrah),
ibu saya melarang. Saya pun menaati larangan ibuku. Karena ketaatanku
itu saya mendapatkan berkah.”
Muhammad bin Munkadir berkata, “Pernah semalaman saya memijat kaki
ibuku, sementara saudaraku Umar waktu itu semalaman juga melakukan
salat. Saya tidak menganggap amalan malam Umar lebih baik dari amalan
malamku.”
Abu Ishaq ar-Riqqi al-Hanbali ketika menyebutkan biografi Abdullah bin
Aun berkata, “Pernah suatu ketika dia dipanggil oleh ibunya. Tanpa
disadari dia mengeraskan suara melebihi suara ibunya. Karena hal itu dia
membebaskan dua orang budak.”
Dari Anas bin an-Nadhr al-Asyja’i dia berkata, “Suatu malam ibu Ibnu
Mas’ud meminta air. Ibnu Mas’ud pun mengambil air, lalu dibawa kepada
ibunya. Ternyata ibunya telah tertidur. Maka dia pun berdiri menunggui
ibunya hingga pagi.”
Al-Akhnasi pernah berkata, “Saya pernah mendengar Abu Bakar berkata,
‘Saya pernah bersama Manshur bin al-Mu’tamir duduk-duduk di rumahnya.
Tiba-tiba ibunya memanggil dengan nada agak kasar, ‘Wahai Manshur, anak
laki-laki Hubairah membutuhkan kamu untuk suatu urusan. Apakah kamu
enggan?!’ Manshur menempelkan jenggot pada dadanya, sedikit pun dia
tidak berani mengangkat kepalanya dan menghadapkan wajah kepada ibunya.”
Suatu ketika Ibnul Hasan at-Tamimi hendak membunuh kalajengking, namun
kalajengking itu masuk ke lubang. Dia beranikan diri merogohkan
jari-jarinya ke lubang untuk menangkap kalajengking itu meskipun harus
rela disengat. Orang-orang berkata kepadanya, “Kamu ini bagaimana?!”
Dia menjawab, “Saya khawatir kalajengking tadi keluar lalu merayap ke
tempat ibuku dan menyengatnya.”
Dari Muhammad bin Sirin dia berkata, “Pada zaman Utsman harga kurma
sangat mahal hingga mencapai seribu dirham. Meskipun begitu Usamah tetap
berani membelinya. Dia beli kurma tadi lalu dia kupas kulitnya kemudian
diberikannya kepada ibunya. Orang-orang berkata kepadanya, ‘Apa yang
membuatmu berani membeli kurma dengan harga seribu dirham?’ Dia
menjawab, ‘Saya punya prinsip, jika ibu saya meminta sesuatu yang saya
mampu memenuhinya pasti akan saya penuhi.”
Zainal Abidin adalah seorang yang sangat berbakti kepada ibunya. Saking
berbaktinya, ada orang-orang berkata kepadanya, “Sungguh kamu adalah
orang yang sangat berbakti kepada ibumu. Tetapi kami tidak pernah
melihatmu makan bersama ibumu dalam satu piring?” Dia menjawab, “Saya
khawatir mendahului makan makanan yang hendak dimakan ibuku. Karena
menurutku itu termasuk tindakan durhaka kepadanya.”
semoga Allah merahmati mereka para pendahulu kita yang saleh dan menjadikan kita termasuk golongan mereka. sebab merekalah sebaik-baik contoh, para Ulama adalah pewaris para Nabi.
dikutip dari ceritamu.com dengan sedikit tambahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar